Follow Us @tiyov

Friday, December 29, 2017

James Bond’ Indonesia Dilatih CIA dan Mossad

10:51 AM 0 Comments
Sebulan setelah Jepang mengibarkan bendera putih dalam Perang Dunia II, Frederick E Crockett tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, pada 15 September 1945. Crockett datang dengan menumpang kapal perang Inggris, HMS Cumberland. Di bawah payung Operasi Everest, tugas Crockett di Jakarta hanya dua, yakni membantu pemulangan tentara Amerika Serikat yang ditawan Jepang dan membuka kantor intelijen.

Crockett merupakan perwira dalam Office of Strategic Service (OSS). Selama Perang Dunia II, OSS bertugas mengumpulkan informasi intelijen untuk menopang operasi militer Amerika dan negara-negara Sekutu. OSS inilah yang beberapa tahun kemudian bersalin nama menjadi Central Intelligence Agency (CIA).

Setelah Perang Dunia II usai, OSS berniat membuka stasiun intelijen di tiga kota di Asia Tenggara: Jakarta, Saigon (kini Ho Chi Minh City), dan Singapura. Operasi tiga stasiun ini ada di bawah kendali Kolonel John G Coughlin, yang berbasis di Kandy, Sri Lanka. Coughlin punya rencana besar di Asia Tenggara. Dia berniat menempatkan 85 intel di Singapura.

“Untuk apa kalian menempatkan orang sebanyak itu?” pejabat dinas intelijen Inggris bertanya kepada Coughlin, dikutip William J Rust dalam artikelnya Transitioning into CIA: The Strategic Services Unit in Indonesia. Lantaran protes Inggris, dia memangkas angka itu jadi tinggal 20 orang untuk seluruh Asia Tenggara. Masing-masing stasiun paling tidak terdiri atas empat orang dengan spesialisasi espionase, kontra-intelijen dan riset analisis. Menurut Coughlin, “Dengan tim yang kecil, kita tak akan menarik perhatian orang.”

Untuk stasiun intelijen Jakarta, selain Crockett, jebolan Universitas Harvard dan mantan perwira Angkatan Laut, ada lagi Jane Foster, seniman yang sudah punya pengalaman lumayan lama di bagian propaganda OSS. Jane juga lumayan paham bahasa dan budaya Indonesia. Dua orang lagi pembantu Crockett adalah Richard F Staples dan John E Beltz, keduanya prajurit Angkatan Laut Amerika. Sebagai kantor sementara, mereka menempati dua kamar Hotel des Indes, di kawasan Harmoni, Jakarta Pusat.

Pada akhir September 1945, ditemani seorang perwira intelijen Angkatan Laut Amerika, Jane menemui Presiden Sukarno di kediaman Menteri Luar Negeri Achmad Soebardjo. Intel-intel Amerika itu menekankan bahwa mereka hanya berniat mengumpulkan informasi. Dari bulan ke bulan, jumlah intel Amerika di Jakarta makin banyak. Salah satu tokoh kunci pada masa-masa awal operasi Dinas Intelijen Amerika di Indonesia adalah Robert Koke. Dia punya hotel di Bali dan lumayan pandai bercakap Melayu.

saat intel-intel Amerika ini mulai beroperasi di Jakarta, badan intelijen Indonesia baru didirikan. Adalah Zulkifli Lubis, lulusan pertama sekolah intelijen yang dibikin oleh penjajah Jepang di Tangerang, yang jadi pelopornya. Zulkifli sempat ditempatkan Jepang di Singapura selama sekitar setahun.

Setelah Jepang menyerah pada Agustus 1945, Zulkifli kembali ke Jakarta. Ide besarnya menciptakan kemampuan intelijen bagi negara baru mendapat dukungan dari dua perwira militer Jepang, Yanagawa dan Yamazaki. "Saya menganggap untuk setiap gerakan apa pun, intelijen penting dan harus ada," ujar Zulkifli seperti yang dikutip dari buku Senarai Kiprah Sejarah. Dia membentuk Badan Istimewa, yang anggotanya dibatasi 40 mantan perwira Pembela Tanah Air (Peta) dari seluruh Jawa dan bekas informan Jepang di Jakarta. Mereka dididik dasar-dasar intelijen di asrama pelayaran di kawasan Pasar Ikan.

Kepada murid-muridnya ini, Zulkifli menekankan bahwa mengabdi sebagai intelijen itu harus tanpa pamrih. Total pengabdian jadi hal mutlak. "TNI masih bisa dapat bintang, naik pangkat, dan kalau mati dimakamkan di makam pahlawan. Kalau intelijen tidak boleh begitu. Dia harus betul-betul mengabdi, semata-mata untuk negara dan orang banyak," kata Zulkifli.


Sejak awal dinas intelijen Indonesia beroperasi, sudah ada ‘jejak’ CIA. Pada 1952, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia saat itu, Merle Cochran, memberi penawaran pelatihan rahasia bagi para kader intelijen Departemen Pertahanan. Syaratnya, pemerintah Indonesia harus menolak kehadiran komunis di Indonesia.

Kenneth J Conboy dalam bukunya, Intel: Inside Indonesia's Intelligence Service, menulis, kepada Bung Hatta dan Menteri Pertahanan Sultan Hamengku Buwono IX, Cochran menjanjikan para kader ini akan bisa menjadi kekuatan gerilya apabila terjadi serangan komunis asal China di Asia Tenggara. Bujukan Cochran berhasil meluluhkan Hatta dan Sultan. Terlebih lagi Cochran menyanggupi bantuan akan diberikan diam-diam.

Menurut Kenneth, peserta angkatan pertama kursus intelijen dari CIA itu sebanyak 17 orang. Mereka diseleksi dari 50 orang pemuda usia 20-an tahun oleh Soemitro Kolopaking, bekas Bupati Banjarnegara, yang dikenal dekat dengan Bung Hatta. Tri Sedjati Kolopaking, anak Soemitro, mengatakan ayahnya tak pernah bercerita soal perannya dalam kursus intel CIA itu. Begitu pula anak Wakil Presiden Hatta, Gemala Hatta. "Ayah hanya cerita pernah menyiapkan pendidikan untuk diplomat muda, soal pelatihan intel nggak pernah. Mungkin karena rahasia, ya," ujar Gemala kepada detikXbeberapa hari lalu.

Menjelang akhir 1952, di tengah pekatnya gelap malam, para calon intel itu naik kapal dagang Maria Elisa, yang buang sauh di lepas pantai Semarang, Jawa Tengah. Setelah menerjang ganasnya lautan selama tiga hari, kapal dengan awak berkebangsaan Jepang itu tiba di Selat Makassar. Tak berapa lama sebuah pesawat amfibi PBY Catalina mendarat dan mendekati kapal dagang itu.


Rata-rata calon intel Indonesia ini belum pernah naik pesawat. “Perut kami serasa dikocok-kocok,” ujar salah satu calon intel itu. Pesawat yang dioperasikan Civil Air Transport (CAT) di bawah kendali Dinas Intelijen Amerika Serikat (CIA) itu membawa mereka ke Pangkalan Udara Clark, Filipina. Pada malam itu pula, mereka kembali diterbangkan ke Pulau Saipan, sebuah pulau di bagian barat Samudra Pasifik.

Di pulau yang dikuasai Amerika Serikat sejak 1950 itu, CIA mendirikan pusat pelatihan Saipan Training Station dengan nama samaran Naval Technical Training Unit untuk melatih para anggota dinas intelijen dan pasukan khusus dari berbagai negara yang sepaham. Gilbert Layton, veteran Perang Dunia II, menjadi instruktur para calon agen intelijen Indonesia.

Kartono Kadri, calon intel asal Magelang, saat diwawancarai Kenneth menuturkan perintah pertama dari Gilbert adalah semua benda yang berhubungan dengan negara asal mereka harus disingkirkan. Mereka pun mendapat panggilan ala Amerika untuk memudahkan komunikasi dengan instruktur.

Tiga bulan mereka tinggal di Saipan. Latihan paramiliter dan komunikasi morse menjadi santapan mereka setiap hari. “Saya menembakkan peluru lebih banyak di sini dibanding lima tahun masa revolusi,” ujar salah satu calon intel. Siswa yang menonjol diberi keahlian khusus peralatan dan metode analisis intelijen.

Setelah kembali ke Indonesia pada Februari 1953, mereka menghadap Soemitro dan dikumpulkan dalam organisasi bernama Firma Ksatria. Alumni Saipan ini dikirim ke pelbagai tempat untuk tugas intelijen. Kartono alias Shorty dikirim ke Pontianak, Kalimantan Barat, untuk mempelajari dan berusaha menarik simpati komunitas keturunan Tionghoa.

Dianggap sukses, proyek kursus intelijen CIA dilanjutkan lagi pada pertengahan 1953. Pelatihan gelombang kedua ini diikuti 19 pemuda. Sayangnya, situasi politik dalam negeri yang tidak stabil membuat dinas intelijen Indonesia telantar. Keahlian intelijen para pemuda lulusan kursus intel CIA ini akhirnya tak terpakai. Beberapa dari mereka kemudian memilih kembali kuliah atau menjadi pegawai di beberapa departemen. Pada masa-masa itu, hubungan Indonesia dengan Amerika sempat memburuk.

Rezim berganti, haluan politik luar negeri berubah. Sejak awal berkuasa, Presiden Soeharto sudah merasakan perlunya dinas intelijen yang kuat di Indonesia. CIA kembali datang menawarkan bantuan uang dan pelatihan. Perwira Intelijen di Polisi Militer, Kolonel Nicklany Soedardjo, berperan besar dalam hal ini. Nicklany, yang menjabat Wakil Asisten Intelijen Kopkamtib (Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban) dan pernah menjalani pendidikan di Fort Gordon, Amerika, pada 1961, mengusulkan perlunya dibentuk unit baru untuk menangani kontra-intelijen asing kepada sejumlah petinggi Detasemen Pelaksana Intelijen Polisi Militer (Den Pintel Pom).

Komandan Den Pintel Pom Mayor Nuril Rachman menyiapkan 10 perwira aktif dan 50 sipil. Unit inilah yang menjadi Satuan Khusus Pelaksana Intelijen atau Satsus Pintel dan kemudian dipendekkan menjadi Satuan Khusus Intelijen atau Satsus Intel. Menurut Nuril, unit ini akan membutuhkan anggaran lumayan besar.


Very Pelenkahu (kiri) dengan penasihat Israel di Cipayung, 1971.
Foto: KennethJ Conboy, dalam buku Intel: InsideIndonesia's Intelligence Service

Nicklany menenangkannya. "Jangan khawatir, kalian akan mendapatkannya," ujar Kolonel Nicklany. Pada 1966, kepala stasiun CIA di Jakarta adalah Clarence ‘Ed’ Barbier, mantan intel Angkatan Laut Amerika. Tak lama setelah Ed Barbier ‘mampir’ ke Markas Besar Polisi Militer, bantuan pun datang.

Ken Conboy menulis, hingga akhir 1968, Amerika memberikan bantuan keuangan secara rahasia untuk menggaji 60 personel, kendaraan untuk pengintaian, biaya sewa rumah aman di Jalan Jatinegara Timur Jakarta Timur, tape recorder mutakhir merek Sony TC-800, serta peralatan penyadap telepon QTC-11. Tak hanya dana operasi, CIA juga mengirimkan instruktur seniornya Richard Fortin pada September 1969 untuk memberikan pelatihan teknik pengintaian dasar selama dua minggu.

Rupanya bukan hanya CIA yang bermurah hati kepada Satsus Intel. Dinas Intelijen Luar Negeri Inggris MI6 juga mengirimkan agennya sebagai instruktur. Dinas intelijen Israel yang kondang, Mossad, ikut ‘menyumbang’ intelnya untuk mendidik para agen Satsus Intel.

Pada November 1970, Anthony Tingle tiba di Jakarta dengan paspor Inggris. "Tingle sebenarnya seorang brigadir Israel berusia 50 tahun dan bekerja untuk Mossad," Conboy menulis. Tak mudah mendapatkan izin untuk seorang instruktur Israel karena Indonesia tak memiliki hubungan diplomatik. Nicklany mengabaikan persoalan sensitif itu dan mengambil risiko. "Kita mendatangkan instruktur Israel karena mereka yang terbaik di dunia," Nicklany menjelaskan kepada seorang perwira Satsus Intel.

Tingle mengajarkan bagaimana intel menyamarkan identitas selama empat pekan di Cipayung. Intel Mossad itu mengajar dengan sangat serius, dingin, tanpa lelucon sama sekali. “Ia tak pernah tersenyum, tak pernah tertawa, dan tak pernah mau wanita,” salah seorang muridnya, Very Pelenkahu, menuturkan kepada Conboy. “Dan saya belajar lebih banyak darinya dibanding dari instruktur mana pun.”

Pada Februari 1973, Mossad mengirim pelatih keduanya untuk memberikan pelatihan kontraspionase dan bagaimana menggunakan agen dalam melakukan kegiatan kontra-intelijen. Peserta kelas kedua ini seluruhnya dari Satsus Intel.

Hubungan dengan Mossad ini lumayan awet juga. Pada 1983, seorang penasihat Israel datang ke Jakarta untuk mengajarkan teknik intelijen kepada lima intel yang akan ditempatkan di luar negeri. Salah seorang peserta menuturkan, dia sampai 15 kali diajak ke hotel. Hingga satu kali sang instruktur menunjuk seseorang yang duduk seorang diri di lobi.

“Saya hanya diberi waktu 15 menit untuk mengarang cerita, memperkenalkan diri, dan meyakinkan orang itu untuk bertemu kembali di lobi jam tujuh malam…. Jika si target menunggu saya malam itu, berarti saya berhasil,” seorang mantan pejabat Badan Intelijen Negara menuturkan.

Sumber: DetikX

Thursday, April 20, 2017

Janji Sang Gubernur Jakarta Baru

12:30 PM 0 Comments


Akhirnya Pilkada rasa Pildacil di Jakarta sudah usai, Dan menurut QC (Quick Count) beberapa lembaga Survey Indonesia menunjukan bahwa Anies-Sandi Unggul dalam putaran ke 2 mengalahkan Basuki-Djarot. Bagi para pendukung Anies-Sandi ini adalah kebahagiaan dan buat para pendukung Basuki-Djarot ini adalah kesedihan, tapi memang seperti itulah bentuk dari persaingan memperebutkan Kursi sebagai Pengelola DKI Jakarta. Dimana ada kemenangan disitu ada kekalahan. Sekarang Kepala Pelayan Ibukota Indonesia DKI Jakarta sudah terpilih dan kini untuk para pendukung kedua belah pihak bisa bernafas lega karena persaingan saat kampanye sudah selesai. Segala macam isu yang terlontar dari kedua belah pihak kini sudah mereda, dan kini saatnya kita kembali kepada Persatuan Indonesia. Dan kini tinggal menunggu janji-janji yang keluar dari mulut Calon Gubernur yang menang agar terealisasi, Dan bagi yang sudah lupa dengan janji yang sudah dijanjikan oleh pihak pemenang, disini akan saya tulisan apa saja Janji yang harus diwujudkan untuk warga Jakarta.

23 JANJI MANIS YANG HARUS DILAKSANAKAN GUBERNUR BARU JAKARTA (ANIES-SANDI)

1. Merevisi dan memperluas manfaat Kartu Jakarta Pintar dalam bentuk Kartu Jakarta Pintar Plus untuk semua anak usia sekolah (6-21 tahun), yang juga dapat digunakan untuk Kelompok Belajar Paket A, B dan C, pendidikan madrasah, pondok pesantren dan kursus keterampilan serta dilengkapi dengan bantuan tunai untuk keluarga tidak mampu.

2. Merevisi dan memperluas manfaat Kartu Jakarta Sehat dalam bentuk Kartu Jakarta Sehat Plus dengan menambahkan fasilitas khusus untuk para guru mengaji, pengajar Sekolah Minggu, penjaga rumah ibadah, khatib, penceramah dan pemuka agama.

3. Membuka 200.000 lapangan kerja baru, membangun dan mengaktifkan 44 pos pengembangan kewirausahaaan warga untuk menghasilkan 200.000 pewirausaha baru, selama lima tahun.

4. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas Pendidikan Kejuruan dengan mengintegrasikan dunia usaha ke dalamnya, untuk menghasilkan lulusan yang langsung terserap ke dunia kerja dan berwirausaha.

5. Mengendalikan harga-harga kebutuhan pokok dengan menjaga ketersediaan bahan baku dan menyederhanakan rantai distribusi, serta menyediakan Kartu Pangan Jakarta untuk meningkatkan daya beli warga tidak mampu serta merevitalisasi pasar-pasar tradisional dan Pedagang Kali Lima untuk meningkatkan kesejahteraan para pedagang.

6. Menghentikan Reklamasi Teluk Jakarta untuk kepentingan pemeliharaan lingkungan hidup serta perlindungan terhadap nelayan, masyarakat pesisir dan segenap warga Jakarta.

7. Membangun pemerintahan yang bersih, modern dan melayani berbasis transparansi, akuntabilitas dan keteladanan dengan mengoptimalkan pelibatan publik dan pemanfaatan teknologi (Smart City). 

8. Mengembangkan kinerja dan tata kelola pemerintahan untuk merealisasikan rencana kerja hingga
95 persen, mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian dalam audit laporan keuangan, mencapai predikat 80 dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), menghentikan praktik penyelewengan di dalam birokrasi, dan memperbaiki manajemen aset-aset milik Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta.

9. Meningkatkan Realisasi Rencana Program (daya serap anggaran) untuk memperluas cakupan dan efektivitas program-program penanggulangan banjir dan kemacetan, rehabilitasi dan pemeliharaan lingkungan hidup serta pengelolaan sampah.

10. Memuliakan perempuan Jakarta dengan mendukung Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Ekslusif, melakukan pendataan dan pemantauan dini terhadap ibu-ibu hamil dan balita yang memerlukan bantuan khusus, memberikan cuti khusus bagi suami selama proses kelahiran anak, serta menyediakan fasilitas-fasilitas publik khusus seperti Ruang Menyusui dan Tempat Penitipan Anak yang dikelola secara sehat, profesional dan bisa diakses seluruh warga.

11. Memberdayakan perempuan Jakarta dengan mendukung sepenuhnya partisipasi perempuan dalam perekonomian, antara lain melalui pemberian Kredit Usaha Perempuan Mandiri.

12. Melindungi perempuan dan anak-anak Jakarta dari praktik pelecehan, kekerasan dan diskriminasi serta praktik perdagangan manusia (human traficking) dengan mengaktifkan 267 Rumah Aman, merevitalisasi Unit Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan berbasis aplikasi bekerjasama dengan Kepolisian Daerah Jakarta, dan memberi subsidi bantuan hukum bagi korban.

13. Membangun sistem transportasi umum yang terintegrasi dalam bentuk interkoneksi antarmoda, perbaikan model manajemen layanan transportasi umum, perluasan daya jangkau transportasi hingga menjangkau seluruh warga, pengintegrasian sistem transportasi umum dengan pusat-pusat pemukiman, pusat aktivitas publik, dan moda transportasi publik dari luar Jakarta.

14. Mengatasi kesenjangan Ibu Kota dengan menjadikan Kepulauan Seribu sebagai Kepulauan Pembangunan Mandiri dengan menyediakan infrastruktur, lapangan kerja, fasilitas pendidikan dan kesehatan bagi segenap warganya dan menjadikannya sebagai pusat inovasi konservasi ekologi.

15. Mengaktifkan kembali komunitas-komunitas di Jakarta melalui kegiatan pengembangan kebudayaan, kesenian, olahraga, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan budaya membaca melalui Program Taman Maju Bersama, yaitu merevitalisasi taman-taman yang ada, membangun taman-taman baru dari wilayah pinggiran Jakarta, serta membangun Taman Pintar (Science Park).

16. Membangun dan merevitalisasi pusat-pusat pengembangan kebudayaan, antara lain dengan:
(a) Membangun Taman Benyamin Sueb sebagai pusat perawatan dan pengembangan kebudayaan Betawi dan pusat interaksi lintas-komunitas, yang di dalamnya berdiri Museum Kebudayaan Betawi. 

(b) Menyelamatkan dan merevitalisasi Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin dengan melakukan digitalisasi seluruh koleksinya, profesionalisasi pengelolaannya serta memperlayak sarana dan prasarananya.

(c). Menjadikan Jakarta sebagai pusat kebangkitan film nasional melalui sinergi dengan semua pemangku kepentingan dalam kerja kreatif sinematografi dan industri film.

17. Menyelenggarakan festival olahraga dan kesenian Jakarta sepanjang tahun untuk mengembangkan pembinaan olahraga dan kesenian berbasis komunitas.

18. Menjadikan Jakarta sebagai Kota Hijau dan Kota Aman yang ramah, sejuk dan aman bagi anak, perempuan, pejalan kaki, pengguna jalan, dan seluruh warga; menggalakkan kegiatan cocok tanam kota (urban farming); melakukan audit berkala keamanan kampung; serta memperluas cakupan dan menperbaiki kesejahteraan petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU).

19. Memperluas cakupan dan memperbaiki kualitas layanan air bersih dengan prioritas pada wilayah-wilayah dengan kualitas air terburuk, dan memberikan subsidi langsung untuk warga tidak mampu. 

20. Merevitalisasi layanan dokter komunitas, melakukan pelatihan peduli kesehatan diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar, melakukan pelatihan peduli lingkungan hidup, dan mengaktifkan Pos Perempuan Mandiri sebagai bagian dari program pengembangan Posyandu dan Posbindu.

21. Memberdayakan para pengembang kelas menengah untuk merealisasikan pembangunan kampung susun, kampung deret dan rumah susun, serta mempermudah akses kepemilikan bagi warga tidak mampu.

22. Membangun pusat-pusat pariwisata, tempat-tempat bersejarah dan pusat-pusat kegiatan warga sebagai tempat yang ramah, aman dan sejuk bagi anak, lansia dan warga difabel.


23. Meningkatkan bantuan sosial untuk rumah ibadah, lembaga pendidikan keagamaan, lembaga sosial, Sekolah Minggu dan Majelis Taklim berbasis asas proporsionalitas dan keadilan.


 Lalu siapa saja yang bisa, boleh dan berhak menagih janji Gubernur Baru ini? Apa benar penagih janji harus para pendukung dari pemenang? Atau siapapun boleh menagih janji dari Gubernur terpilih yang baru?

 Ini yang menarik...

Untuk Para pendukung Anies-Sandi yang suka nyinyir pasti akan bilang

"Pilihnya Ahok tapi nagih Janjinya ke Anies, Situ Sehat?" ke para pendukung Basuki-Djarot.

Begitupun seandainya petahan menang. Banyak orang yang tidak paham dengan ucapan ini.
Ingat, saat mereka Kampanye, Para Calon Gubernur berjanji dengan semua warga Jakarta, bukan hanya kepada para pendukungnya saja untuk menarik suara agar bisa memenangkan Pilkada, Jadi dengan alasan ini yang berhak menagih janji adalah semua warga Jakarta, bukan hanya untuk para pendukungnya saja.

Kita ambil Contoh simple, Yaitu janji membangun stadion untuk Persija Jakarta sekelas Old Trafford. Lalu apakah ketika Stadion jadi yang boleh menonton hanyalah pendukung Anies-Sandi? Atau semua warga Jakarta yang akan mensupport team sepakbola kesayangan mereka?

Untuk itu, siapapun Gubernurnya, jika memang sudah terpilih, mereka wajib memenuhi semua janji-janji yang pernah terujar, bukan hanya wacana atau pemanis saja. Dan sebagai warga Jakarta, kawal janji Gubernur Jakarta terpilih yang baru agar benar-benar merealisasikan janji mereka.